Tanggalkan Impian Sebagai Marinir Demi Kepedulian Pendidikan

Tanggalkan Impian Sebagai Marinir Demi Kepedulian Pendidikan Melupakan cita-cita di masa kecil yang sudah di depan mata, bukanlah suatu hal yang mudah
Tanggalkan Impian Sebagai Marinir Demi Kepedulian Pendidikan

Tanggalkan Impian Sebagai Marinir Demi Kepedulian Pendidikan - Melupakan cita-cita di masa kecil yang sudah di depan mata, bukanlah suatu hal yang mudah bagi sebagian orang. Lahir dan besar dari keluarga militer, Agus kecil sudah dituntut agar bisa masuk ke Taruna AKABRI. Namun tingginya kepedulian untuk turut menyelamatkan generasi bangsa melalui pendidikan, membuat Agus rela menanggalkan impian menjadi seorang Marinir Angkatan Laut. 

Saat duduk di kelas 2 SMA, Agus sudah memantapkan diri terjun sebagai seorang pendidik. Karir pertamanya sebagai pengajar di di MI Tarbiyatul Ulum, bahkan langsung ditunjuk sebagai kepala sekolah. “Berat memang menanggalkan tawaran dari ayah untuk masuk taruna. Tetapi kepedulian saya pada pendidikan anak-anak telah mengalahkan segalanya,” lanjut ayah dari 2 anak ini.

Meski tidak sampai mengenyam dan menjajaki dunia militer, dalam diri Agus tetap mengalir jiwa kepemimpinan yang membanggakan. Tak sedikit kepercayaan dan tanggung jawab terus diembannya hingga usia yang hampir setengah abad ini. Selain bukti kepercayaan menjadi kepala sekolah diusia yang amat belia, sejak lima tahun lalu misalnya, Agus dipercaya menjadi Ketua RW 10 di kelurahan Sisir Kota Batu.

Di masyarakat, jiwa kepemimpinan yang berpadu dengan kepedulian tinggi pada pendidikan ini diwujudkan Agus dalam bentuk pemberdayaan. Menurutnya, pemberdayaan masyarakat itu sangat perlu dilakukan agar masyarakat bisa berkembang. Lebih jauh, pemberdayaan bisa mengarah pada peningkatan taraf kehidupan masyarakat.

“Masyarakat yang sudah tidak lagi mengenyam bangku sekolah juga perlu pendidikan, namun bukan model pengajaran di sekolah. Alternatifnya bisa melalui model pemberdayaan ekonomi bagi semua golongan masyarakat. Kuncinya adalah memberi motivasi bagi mayarakat untuk mau berkembang,” terang Ketua II NU Cabang Kota Batu ini.

Oleh sebab itu, Agus mengabdikan diri kepada masyarakat untuk membina dan mengajak masyarakat untuk berusaha. Siapa sangka kalau Home Industry sari apel dengan label ‘BROSEM’ (Bromo Semeru) itu adalah hasil binaan dan kerjasama seorang pendidik yang cukup lihai mengelola pemberdayaan masyarakat. 

Demi Kepedulian Pendidikan

“Masyarakat akan mudah menunjukkan dan mengembangkan potensinya jika ada yang memberikan motivasi serta memberi kepercayaan,” tandas alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Kepanjen, Kabupaten Malang ini.

Uniknya, setiap hal yang dilakukannya, baik mendidik di sekolah maupun usaha pemberdayaan masyarakat, Agus selalu dekat dengan alam. Maksudnya, ia selalu mengajak orang lain untuk memanfaatkan alam dalam mengembangkan potensi dan memeprtahankan hidup. “Oleh karenanya saya mengajak masyarakat untuk memanfaatkan tanah dan tanaman dalam mengembangkan usaha,” imbuh Agus lagi. 

Menurutnya, jika seseorang dekat dengan alam, maka orang tersebut akan lebih dekat juga dengan Tuhan dan mudah bersyukur. Hingga kini, usaha masyarakat yang dibinanya sejak tahun 2002 silam ini sudah semakin berkembang dan berkembang ke bidang-bidang lainnya. “Sekarang ada juga BROSEM Budaya,” tegas Agus.

Lama-kelamaan pun muncul ide lagi untuk mengembangkan wilayah tempat tinggalnya tersebut menjadi miniatur Kota Batu. Sekarang pun, kawasan itu udah banyak dikunjungi oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar kota.

Kepuasan tersendiri bagi Agus saat perannya menjadi motivator bisa membuahkan keberhasilan dan kesuksesan bagi orang-orang di sekitarnya. Artinya, ia juga berhasil mengajak masyarakat untuk memedulikan hidupnya dengan berusaha sesuai dengan kemampuan yang ada.

“Kita bisa berusaha dengan apa yang kita miliki sekarang dan melihat hasilnya di masa mendatang,” ujar pria yang ingin memertahankan home industry untuk memotivasi masyarakat bahwa usaha juga bisa dimulai dai yang kecil.

Dengan home industry, ia berharap bisa menyampaikan kepada masyarakat, bahwa mengawali usaha tidak harus dengan yang sulit. “Kalau home industry kan mudah mendapatkan bahan dan alatnya,” jelasnya.

Hal ini jugalah yang ia harapkan dapat memotivasi orang lain agar tidak takut berusaha dan berhasil terutama untuk memperbaiki tingkat perekonomiannya. “Kalau melihat proses saja sudah sulit, maka mereka juga akan takut untuk mencobanya sendiri,” imbuh Agus sambil tertawa.

Pandangan-pandangan senada jugalah yang kerap ia contohkan, baik kepada anak didik dan masyarakat agar dapat bertahan hidup. Bagi Agus manusia tetap hidup untuk kepentingan dunia dan akhirat. “Keduanya harus seimbang,” pungkas pria yang banyak terinspirasi dari kehidupan masyarakat menengah ke bawah ini.
LihatTutupKomentar