Kisah Hidup Tentara Jepang yang Membelot ke RI

Ada banyak alasan mengapa sejumlah tentara Jepang bergabung dengan pihak Republik. Ono secara pribadi beralasan, sebagai anak laki-laki nomor tiga...
Kisah Hidup Tentara Jepang yang Membelot ke RI

Kisah Hidup Tentara Jepang yang Membelot ke RI - Mereka yang Terlupakan. Memoar Rahmat Shigeru Ono. Bekas Tentara Jepang yang memihak Republik Indonesia.

Pada tahun 1942 saat masa Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia. Pendudukan tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1945 Jepang menyerah pada Sekutu. Pasukan Jepang meninggalkan Indonesia dan kembali ke negaranya.

Pada saat Jepang menyerah, masih banyak pasukan militernya yang ada di Indonesia. Meskipun ada pengangkutan pasukan militer Jepang untuk kembali ke negaranya, ada yang memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia. Salah satunya adalah Rahmat Shigeru Ono atau Sakari Ono.

Sakari Ono (nama pemberian orang tua) lahir di 26 September 1919 di Furano Hokkaido, dari keluarga petani. Ia anak laki-laki nomor tiga. Tahun 1939 ia diterima sebagai prajurit Jepang. Pada tahun 1942 pasukannya diberangkatkan ke Pulau Jawa. Ono sendiri bertugas di Cilacap, kemudian berpindah ke Bandung.

Ada banyak alasan mengapa sejumlah tentara Jepang bergabung dengan pihak Republik. Ono secara pribadi beralasan, sebagai anak laki-laki nomor tiga, ia masih punya dua kakak lali-laki yang akan lebih bertanggung jawab terhadap keluarga besarnya di Jepang. 

Kisah Hidup Tentara Jepang yang Membelot ke RI

Bahkan demi niatnya tersebut, Ono sampai meminta tolong temannya yang kembali ke Jepang agar memberi tahu keluarganya, bahwa dirinya telah mati.

Setelah menyatakan diri bergabung dengan pihak Republik, Ono diberi nama Rahmat. Pemberian nama baru ini juga berlaku bagi yang lain. Awal 1946, Ono dipindahkan ke Yogyakarta. Di sana ia bertemu Abdul Rahman Tatsuo Ichiki yang dianggapnya sensei (guru). 

Tugas Ono dan beberapa temannya adalah merangkum 30 buku strategi dan teknik perang berbahasa Jepang. Rangkuman tersebut kemudian dialihbahasakan oleh Ichiki yang memang telah pintar berbahasa Indonesia. Selain itu tugas Ono adalah melatih para pemuda tentang kemiliteran.

Ono dan teman-temannya tidak hanya berperan di garis belakang, tetapi juga di garis depan. Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) adalah pasukan yang terdiri dari 28 orang mantan prajurit Jepang. Pasukan ini sangat ditakuti Belanda karena keberaniannya. Dalam beberapa operasi mereka berhasil menewaskan banyak pasukan Belanda.

Setelah pengakuan kedaulatan, mantan tentara Jepang tersebut ada yang kembali ke Jepang, ada pula yang menetap di Indonesia. Ono memilih untuk menetap dan menikah dengan gadis setempat. Mereka tinggal di Batu, Malang, dan hidup sebagai petani. Tetapi karena masalah ekonomi pada masa Orde Baru, Ono pernah bekerja di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.
LihatTutupKomentar