Mancing Sendirian Digoda Hantu Laut

Mancing sih mancing, hobby sih hobby. Tapi jangan terlalu gegabah. Ini sekedar berbagi pengalaman saja. Saya yakin, Anda mungkin juga pernah mengalami
Mancing Sendirian Digoda Hantu Laut

Ini adalah pengalaman pribadi. Sejak hobby mancing awal tahun 2004 lalu, saya mendatangi berbagai tempat mancing. Mulai dari empang di Sawah Luhur, hingga di Karangantu, Serang, Banten. Dari abis magrib hingga pagi tiba, saya terkadang duduk sendiri di bibir empang. Berbagai bebunyian dan suara mahluk malam tidak pernah saya hiraukan. Bahkan binatang melata seperti ular, tidak pernah singgah dalam benak saya. Hanya satu yang ada dalam fikiran yaitu strike baramundi sebesar tangan orang dewasa.

Sama sekali tidak ada rasa takut meski sendirian di empang yang letaknya cukup jauh dari pemukiman. Di empang Karangantu misalnya, jaraknya hampir 5 kilometer dari perkampungan penduduk. Selain jaraknya yang lumayan jauh, lokasinya juga cukup menjorok ke dalam. Sepi, tentu saja. Tidak ada suara orang, yang terdengar hanya bebunyian mahluk malam. Tapi Alhamdulillah, saya tidak pernah menemukan hal yang menakutkan.

Namun suatu hari, saya mancing di dermaga sebuah hotel di Anyer. Hotel itu sudah lama tidak digunakan. Saya tiba di lokasi sekitar jam 5 sore. Di dermaga yang dulu digunakan untuk mengangkut penumpang kapal pesiar ke Gunung Anak Krakatau itu banyak warga yang memancing. Saya senang sekali tentu saja. Sebab saat itu sekitar tahun 2005, saya belum berani mancing ke tengah laut. Jadi saat tahu ada spot pinggiran, pasti saya datangi.

Saya mengambil posisi di bibir laut yang merupakan tumpukan bebatuan dan beton. Lokasi ini merupakan pembatas antara dermaga dengan laut lepas. Jadi saya mancing tidak di dermaganya tetapi melempar umpan ke tengah laut. Posisi itu membuat saya ada di depan membelakangi para pemancing yang ada di dermaga.

Sebelum magrib tiba, saya meminta adik ipar saya pulang untuk mengambil senter. Kebetulan rumahnya di sekitar Anyer. Saat itu saya masih merasa banyak orang di lokasi mancing itu. Malam tiba. Saya tetap mendengar suara ramai yang mancing di belakang saya. Tenang rasanya karena merasa ada teman sesama pemancing.

Begitu saya lihat ke belakang, ternyata tak satupun orang di sana. Saya mulai gamang. Rasa takut mulai menghantui. Karena lokasnya di belakang hotel, suasana sangat gelap. Tidak ada pencahayaan di dermaga itu. Dan satu catatan lagi, bahwa hotel itu sudah tidak digunakan sejak lama.

Mancing Sendirian Digoda Hantu Laut

Mau melangkah tidak bisa karena gelap, saya terpaksa memberanikan diri sambil menunggu adik saya kembali membawa senter. Rasanya sudah tidak karuan. Suara gaduh terdengar kembali di dermaga yang ada di belakang saya. Antara sadar dan tidak, saya mendengar ramai sekali orang. Tapi saat saya tengok ke belakang, yang ada hanya gelap dan sunyi. Sangat menyeramkan. Baru kali itu saya merasa takut saat memancing.

Tiba-tiba, saya melihat ada orang yang melangkah ke arah saya, membawa lampu badai yang samar-samar. Senang sekali rasanya ada orang yang datang menghampiri. Saat orang yang membawa lampu badai itu lewat tepat di belakang saya, saya tegur dia. “Mau ke laut mang” tanya saya.

Dia diam saja. Tidak menjawab dan tidak juga menoleh. Saya berpikiran positif saja. Mungkin orang yang saya kira nelayan itu tidak mendengar teguran saya karena gemuruh ombak. Senang sekali ada orang yang lewat. Saya kembali melempar umpan ke laut.

Kemudian saya menoleh lagi ke belakang, untuk melihat orang yang barusan lewat. Saat itulah rasa takut saya memuncak. Ternyata yang saya kira nelayan dengan membawa lentera di tangannya itu hilang begitu saja. Tidak ada bekasnya sama sekali.

Kalau dia nelayan, tentu ada perahu di selitar dermaga itu. Tapi kenyataannya tidak ada apa-apa. Bahkan, cahaya lampu yang sebelumnya dia bawa hilang begitu saja. Saya benar-benar ketakutan. Dalam kondisi sendiri dan tidak ada teman, saya tetap berdiri di bibir laut.

Tak lama berselang, adik saya datang. Dia bilang senter tidak ada. Hanya ada senter dari hp. Saya pun sudah tidak lagi memikirkan senter. Yang ada dalam benak saya hanya ingin cepat pergi dari lokasi itu. Dan saya berjanji, untuk tidak lagi datang ke spot itu. Ngeri dan sangat menyeramkan.

Itulah pengalaman paling menyeramkan bagi saya. Saya kemudian sadar, mungkin saya terlalu gegabah. Magrib-magrib kok sendirian di bibir laut, di belakang hotel yang sudah tidak digunakan pula. Seharusnya saya ada di masjid dan salat, magrib kok malah mancing. Begitu saya berfikir.

Sejak itu, saya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Saat waktu salat tiba, saya paksakan untuk berhenti dan menghadap kiblat (salat) terlebih dahulu. Selepas itu, baru mancing lagi. Pengalaman ini saya jadikan pelajaran untuk kedepannya.

Mancing sih mancing, hobby sih hobby. Tapi jangan terlalu gegabah. Ini sekedar berbagi pengalaman saja. Saya yakin, Anda mungkin juga pernah mengalami peristiwa serupa. BTW apapun itu, Salam Fish On!
LihatTutupKomentar