Double Order

Dia melihat 2 kali lebaran ini dengan riang gembira. Karena otomatis job jadi khatib bisa ndobel. Hari ini disini, besok disana.
Double Order

Double Order - Menurut kabar yang beredar, lebaran mendatang ini ada dua versi. Ada yang lebaran senin (23 Oktober) ada juga yang Selasa (24 Oktober). Perbedaannya terletak pada metode penetapan pergantian bulan yang berbeda. 

Bagi yang menggunakan metode hisab, karena sudah dietung dan pasti benar maka gak perlu tengak-tengok rukyat lagi. Sehingga menurut etungan, senin itu dah ganti bulan, maka ya lebaran. Sedangkan bagi penganut rukyat, hisab yang sudah dietung itu harus dibuktikan dengan melihat langsung. Karena inilah yang dikerjakan Nabi saw. 

Btw masing-masing berargumen dengan dalilnya masing-masing. Namun bisa jadi nanti jika minggu sore (22 Oktober) tim Rukyat melihat hilal, maka sudah kloplah kedua madzhab tadi. Sehingga bisa lebaran bareng. Cuma pemerintah mau gak ya mengubah tanggal merah yang terlanjur sudah diabangi itu?

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, ada peristiwa menarik perihal 2 kali lebaran ini. Yakni job khatib sholat hari raya. Memang tidak ada paksaan buat seseorang untuk memilih mau berhari raya tanggal berapa. Namun manakala sudah menentukan satu tanggal otomatis seharusnya dia tidak membenarkan tanggal yang lain. Meskipun teteplah dia menghormati pendapat orang lain.

Nah ada seorang khatib yang justru melihat dua kali lebaran ini dengan pandangan yang berbeda. Yakni dari segi job. Bapak simbah pernah menolak satu tawaran jadi khatib pada suatu tanggal karena beliau sudah memilih tanggal yang lain sebagai tanggal hari rayanya. Tapi tidak demikian dengan seorang ustadz kenalan simbah. Dia melihat 2 kali lebaran ini dengan riang gembira. Karena otomatis job jadi khatib bisa ndobel. Hari ini disini, besok disana.

Simbah melihat khatib model begini ini biasanya didorong karena urusan amplop. Bukan karena alasan toleransi. Karena gak mungkinlah seorang yang meyakini hari itu masih puasa kok tiba-tiba ngimami sholat ied. Atau seorang yang sudah berhari raya hari sebelumnya kok ngimami sholat ied hari berikutnya. Tidak satu dua khatib yang berperilaku demikian. Mengorbankan keyakinan demi isi amplop.

Akhir kata, terserah sampeyan mau berhari raya kapan. Simbah sendiri masih menunggu hasil penglihatan Tim Rukyat. Setidaknya Minggu sore (22 Oktober) dilakukan rukyat. Kalo kelihatan hilalnya, ya sudah... hari itu masuk 1 syawal. So... tunggu tanggal mainnya. Yang sudah pasti menggunakan hisab, silakan saja. 

Toh yang penting nanti di akherat bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya di sisi Gusti Allah. Kalo gak yakin bisa berargumen di depan Allah, jangan dikerjakan. Kerjakan apa yang memang diyakini saja...
LihatTutupKomentar