Ngompol Dikit Tentang GAM

Dengan mulut manisnya sang Kyai ngompol (Ngomong Politik) di mimbar sampai klebus menebar pesing ke depan jama’ah sholat Jum’at.
Ngompol Dikit Tentang GAM

Ngompol Dikit Tentang GAM - Sebagaimana wajarnya musim pilihan Kadal atau disingkat Pilkadal (Pemilihan Kepala Daerah Langsung), maka para balon Kadal itu mulai melancarkan jurus-jurus mawutnya. Ada yang mulai mbikin setiker, sepanduk, selebaran dan juga siap-siap bakul abab ke mana-mana. 

Dari cara-cara kampanye para Kadal itu ada satu cara kampanye yang rusuh dan memang khas cara Kadal Ijo yang matanya ijo kalo lihat duik. Yakni apa yang sering disebut sebagai Black Campaign atau kampanye item.

Nah Kampanye item itu rupa-rupanya merambah ke komplek simbah. Jurkam (bukan Juragan Kambing lho) yang dikadali para Kadal ini adalah justru dari kalangan Kyai bersorban, berudeng-udeng besar dan tanpa jenggot. Isu yang ditebar adalah isu GAM

Maksudnya GAM disini adalah Gerakan Anti Maulid, satu nama gerakan yang aneh yang dipopulerkan oleh kyai udeng-udeng sorban tadi.

Sudah beberapa mimbar jum’at dikangkangi dan diompoli dengan kampanye item yang mendengungkan isu GAM tersebut. Dengan mulut manisnya sang Kyai ngompol (Ngomong Politik) di mimbar sampai klebus menebar pesing ke depan jama’ah sholat Jum’at. 

“Para hadirin yang dimuliakan Allah. Pada kesempatan Pilkadal kali ini, hendaknya hadirin berhati-hati dalam memilih pemimpin. Karena dari Balon Kadal itu ada satu yang merupakan anggota GAM. Jika dia kepilih, maka sampeyan semua akan diharamkan merayakan Maulid Nabi, sampeyan semua akan dilarang dzikir habis sholat. Itu berbahaya wahai hadirin. Maka hendaknya mereka jangan dikasih kesempatan memegang jabatan pengurus di masjid manapun. Mereka harus diseret keluar dari mesjid, agar kondisi masjid tenteram dan aman. Allahumma A… miin.”

Kalimat yang seperti itulah yang didengungkan sang Kyai ini dari mimbar ke mimbar. Miris memang. Dari jaman Simbah Yang Gak Patheken Kalo Gak Jadi Presiden, kyai selalu dijadikan alat propaganda. Makanya tak heran kalo pas Romadhon, banyak pejabat tiba-tiba ikut sarungan blusukan pesantren dan masjid menebar simbiosis mutualisme. Pejabat dapat promosi, kyai pun dapet tipi. 

Seiring perkembangan jaman, kyai gak cukup disodori tipi. Tapi sudah mulai merambah Mercy, seperangkat Pisi (baca PC) dan program Rehabilitasi (maksudnya ngrehab bangunan para santri). Herannya, habis direhab dan dipoles pesantrennya dengan klimis, uang Gedung dan uang belajar santri malah diundaki

Alasannya buat pembangunan pesantren. Padahal dapetnya juga gratis. Temtu saja yang simbah ceritakan di atas adalah Kyai Matre berpenampilan ala Nabi tapi berhati Babi, nggragas pol. Simbah tak hendak membahas hukum merayakan Maulid di sini. Itu bukan wewenang dan keahlian simbah. Tapi kelakuan kyai yang menebar isu GAM ini sampai sekarang masih berlanjut. 

Menohok Balon Kadal lain yang kebetulan menjadi kompetitornya. Menebar ayat dan hadits seakan seorang juru selamat yang ingin menggiring jamaahnya masup sorga, padahal di belakang semua itu sudah diteken deal yang nilainya sekian dan sekian jika si Balon Kadal pujaannya metangkring di kursi Raja Kadal.

Masyarakat yang sebagian kelasnya masih plonga-plongo kayak Kebo ya akhirnya nurut bak Kebo dicocok hidungnya. Muncul kecurigaan antara anggota masjid yang satu dengan yang lain. Saling memandang curiga, jangan-jangan orang ini dan itu anggota GAM. Masyarakat jadi pecah hati, dipecah oleh isu yang gak karuan dari kyai udeng-udeng tadi.

Di bagian lain, masih ada saja ustadz-ustadz yang memanfaatkan taklim dan pengajian untuk menggalang massa. Ha wong pengajian kok mbagi-mbagi stiker Balon Kadal. Padahal tertib di tubuh partainya melarang hal demikian itu. 

Tapi yah….. itulah pitenah dunia. Kelakuan ustadz dan kyai model beginian lah yang akhirnya menyebabkan umat bersikap tidak percaya lagi pada pigur ulama. Ulamanya gampang dibeli je. Kalo sudah diamplopi, dipuji-puji, dihadiahi, dibingkisi, dan dibungkusi, maka tinggal ngukut sak brutu-brutunya.

Tapi jangan kuatir, masih ada kok ulama yang konsisten dengan al Haq. Yang gak bisa dibeli dengan apapun. Karena dirinya sudah dibeli oleh Allah dengan surga. Hanya itu harga yang menurutnya pantas buat dirinya. Sedangkan kyai udeng-udeng tadi, itu mah murahan…. 

Barang murahan sih banyak, pating tlecek sak nggon-nggon. Sebagiannya karbitan, makanya cepet bosok. Bahkan codot pun gak doyan…
LihatTutupKomentar