Takut Operasi

Takut Operasi - Siapapun akan merinding merkotog bulu kuduknya kalo diponis oleh dokter harus operasi.
Takut Operasi

Takut Operasi - Siapapun akan merinding merkotog bulu kuduknya kalo diponis oleh dokter harus operasi. Terbayang sudah yang namanya pisau bedah ngekek-ekek dan ngodhel-odhel isi jerohan kita. Apalagi kalo dibumbui cerita-cerita perihal kegagalan operasi… ini akan makin menciutkan nyali si terponis.

Pasien penderita penyakit tiroid yang diponis harus operasi oleh sang dokter, mblirit gak mau ketemu dokternya lagi gara-gara denger kabar kalo dioperasi tiroidnya itu bisa bikin bisu. Penderita pembesaran prostat ndelik kabur kanginan gak mau dioperasi, gara-gara temennya yang menjalani operasi prostat manuknya berhenti manggung

Demikian juga si thole yang punya amandel, gak mau operasi gara-gara melihat temennya yang habis dioperasi amandelnya malah gak berhenti perdarahannya. Dan rupanya rasa takut semacam ini dimanfaatkan oleh segelintir orang dengan liciknya. 

Memang bisnis yang memanfaatkan rasa takut itu selalu laris. Orang mau mengeluarkan duit berapa saja asalkan hilang dan terhibur rasa takutnya. Saat SARS ngabyantoro merajalela (setidaknya di media massa) di Indonesia, bisnis masker jadi laris. 

Antiseptik pun mendompleng kelarisannya. Semua iklan produk mengambil tema SARS sebagai topik sentralnya. Terjadi simbiosis, berita di media mbikin takut, produsen barang meredam rasa takutnya. Saat DBD mewabah, semua produk obat nyamuk memanfaatkan situasi itu dengan mengambil tema DBD sebagai penglarisnya. 

Semua ini sah-sah saja. Pinter-pinternya ahli marketing bin tukang bakulan meramu dan menjaring pasar. Yang tidak sah adalah memanfaatkan rasa takut itu dengan semakin meden-medeni, trus menawarkan solusi yang ngedab-edabi, mantabh, akurat tapi nggambusi, ngapusi, mlekotho dan membodohi.

Satu contoh kasus, salah seorang pasien simbah sudah diponis harus operasi amandel. Lha dasar cilikan ati wal mbliritan, malah dokternya ditinggal plecing, trus minta saran pada tabib yang mengaku kalangan habaib beraroma keturunan kanjeng nabi saw. Dengan mantebh wal yaqin, dia bilang :
“Sudahlah, ngafain fakek oferasi segala. Ini ane kasih doa fasti ngibrit itu amandel ente. Tafi ntar kalo ente sudah bawa amandel itu ke rumah, jangan dibuka sebelum ente masup itu rumah. Karena kalo begitu penyakit ente gak akan sembuh… betul itu.. ane zuzur.”

Maka setelah leher pasien dioset-oset, diusap dan dibacain doa secukupnya, tiba-tiba tangan tabib yang habib itu sudah memegang gumpalan daging yang diaku sebagai amandel. Gumpalan daging itu dipertontonkan pada bapak si pasien. 

Lalu dibilangi agar menyimpan daging itu dalam toples tertutup, dan gak boleh dibuka sebelum nyampai rumah. Ujung cerita ini klise, yakni si pasien amandelnya tetep ada dan akhirnya tetep juga harus operasi di RS. Yang parah adalah pasien simbah seorang ibu yang menderita Ca Nasopharing. Saat simbah sarankan ke spesialis THT, dia malah sudah curiga harus operasi. 

Akhirnya dimangsa dukun Pulogadung. Dibilangi kalo itu adalah guna-gunanya orang yang gak suka padanya. Untuk menghilangkan guna-guna itu harus menebus mahar yang nilainya sampai jutaan rupiah. Padahal si ibu itu punya asuransi yang mampu membiayai semua terapinya jika memang harus menjalani terapi rutin. 

Namun ketakutannya pada kata “Operasi” ini menyebabkan buta mata hati dan akal, yang akhirnya nuruti cangkirnya dukun gemblung dari Pulogadung itu. Dalam dua bulan ibu itu meninggal setelah akhirnya mendatangi simbah untuk terakhir kalinya guna kontrol penyakitnya. Simbah lihat ibu itu sudah lunglit (tinggal balung sama kulit…. tentu saja campur getih sithik).

Kalo cuma kelangan duit sih gak papa. Ada yang malah kelangan agama. Salah satu pasien simbah yang mulai kehilangan penglihatannya merasa lebih sreg mengambil jalur alternatip. Akhirnya dengan diiming-imingi proses yang tanpa operasi, mulailah dia menjalani terapi alternatip. 

Satu syarat yang harus dijalani dan ini cukup berat adalah.. Si pasien harus meninggalkan sholat 5 waktu kalo pingin matanya melek lagi. Hwarakadah… ngawur pol.… terapi kok ngajak kapir.

Untuk itu simbah berpesan, memang operasi itu tidak nyaman dan tidak enak, namun kalo memang harus ditempuh ya jangan takut. Kecuali kalo memang gak punya duit, ya tempuhlah jalur yang baik. 

Carilah alternatip yang memang bisa dipertanggungjawabkan. Saat ini banyak sekali penawaran terapi yang mengklaim bisa mengobati segala macam penyakit tanpa operasi. Ini sebenarnya bagus, namun lihat dan waspadalah terlebih dahulu. 

Jangan sampai kita dimangsa oleh pihak-pihak yang memanfaatkan rasa takut kita pada operasi itu dengan terapi-terapi yang pating klenyit yang tak bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.

Waspadalah… waspadalah… Jangan-jangan sampeyan korban berikutnya. Na’udzubillah...
LihatTutupKomentar