Wolak Walik Ing Jaman - Jamane jaman edan

Wolak Walik Ing Jaman - Jamane jaman edan, Orang sering mendengar perkataan: Jamannya sudah berbeda. Ini menandakan bahwa jaman tidak pernah berhenti.
Wolak Walik Ing Jaman

Jamane jaman edan, yen ora edan ora keduman


Wolak Walik Ing Jaman - Orang sering mendengar perkataan: "Jamannya sudah berbeda". Ini menandakan bahwa jaman tidak pernah berhenti, ia terus bergulir dan mengubah dirinya bahkan bisa melindas orang yang tidak suka terhadap perubahan jaman. 

Di Indonesia sendiri, sejak belum terbentuk negara kesatuan dan masih menjadi wilayah jajahan selalu mengalami perubahan-perubahan. Bahkan sejak jaman kerajaan, perubahan tidak pernah bisa dihentikan, dia terus melaju seperti sudah menjadi hukum alam. 

Di negara lain, Uni Sovyet, misalnya, pada jaman Gorbachev mengalami perubahan dahsyat yang mereka sebut sebagai glasnoot dan perestorika. Ini bisa dipahami bahwa, yang abadi di dunia ini, salah satunya, adalah perubahan. Seorang filsuf Yunani Heraclitus namanya, menamakan segala hal yang terus menerus berubah sebagai Panta rhei.

Di dalam perubahan jaman ada banyak hal yang tidak kita duga muncul dipermukaan. Orang Jawa punya formulasi untuk menandai realitas perubahan jaman dengan kalimat yang sederhana, tetapi penuh makna, yaitu Wolak Walik Ing Jaman.

Dari formulasi yang sudah ada itu, kegiatan Rumah Budaya Pitutur selama tahun 2004 di taruh di sana. Artinya, formulasi Wolak Walik Ing Jaman dipakai sebagai tema kegiatan Rumah Budaya Pitutur sepanjang tahun 2004.

Alasannya sangat simpel. Kita mau berubah atau tidak. Kalau tidak mau berubah kita terus berjalan seperti sekarang dan tidak akan pernah kemana-mana, kalau mau berubah, perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Setiap kelompok masyarakat, termasuk institusi mempunyai pilihan yang berbeda, sesuai dengan interes masing-masing. Namun kalau kita konsisten bahwa perubahan tidak akan pernah bisa dihindari, artinya orang akan selalu bertemu dengan yang namanya perubahan jaman. 

Yang bisa dilakukan adalah, mengelola perubahan agar tidak menghancur-leburkan infrastruktur yang sudah ada. Taruh kata, misalnya, kesatuan adalah salah satu bentuk infrastruktur dari apa yang disebut sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). 

Kalau salah dalam mengelola perubahan, barangkali infrastruktur itu bisa berantakan, seperti orang mulai mendengar daerah-daerah hendak melepaskan diri dari kesatuan.

Tema yang diambil seperti telah disebut di atas, yakni Wolak Walik Ing Jaman tidak akan masuk pada wilayah politik praktis, tetapi berada di jalur kebudayaan. Karena itu, pilihan tema tersebut merupakan bentuk respon kultural atas perubahan jaman yang memang sedang melangkah.

Untuk itulah, kegiatan kebudayaan "PITUTUR" yang terdiri dari kegiatan kesenian, penerbitan, diskusi dan seterusnya,. Menempatkan tema itu sebagai atmosfir untuk memaknai setiap kegiataan yang dilakukan. Ujung dari kegiatan itu adalah, untuk bersama memahami (dan menjalani) apa yang disebut sebagai transparansi, demokrasi dan keadilan. Dari tiga kata itu dalam formulasi Jawa dekat dengan sebutan: urip lan nguripi.

Dari wilayah kebudayaan Rumah Budaya Pitutur sekedar bisa berbisik: Di dalam Wolak Walik Ing Jaman bagaimana kesenian dan kebudaayaan akan merepresentasikannya?

Setiap orang dan kelompok bisa melihat tanda dan indikasi dari Wolak Walik Ing Jaman yang masing-masing berbeda dalam pola dan formulanya, tetapi subtansinya sama, ialah, lahir (dan atau muncul) dari jaman yang berubah.
LihatTutupKomentar