Obat Buat Si Orok

Obat Buat Si Orok - Beberapa waktu yang lalu, untuk kesekian kalinya simbah kedatangan seorang ibu yang mengeluhkan penyakit diare.
Obat Buat Si Orok

Obat Buat Si Orok - Beberapa waktu yang lalu, untuk kesekian kalinya simbah kedatangan seorang ibu yang mengeluhkan penyakit diare.

“Oalah dok, sudah kembola-kembali ke mbese sampe mau mlotrok rasanya dengkul ini…” keluhnya. “Minta obat yang paten ya dok, yang manjur, biar langsung mampet.”

“Baik bu. Tapi coba saya periksa dulu,” kata simbah. Maka simbah pun segera memeriksa kondisi pencernaan si ibu itu. Herannya, kok lambung dan ususnya tak terdengar ada gangguan. Malah kedengaran normal-normal saja.

“Gini bu, kelihatannya ini sudah membaik. Jadi gak usah dimampetin lagi lah.” kata simbah. “Takutnya nanti malah sembelit.”

“Lho… tapi dok… maksud saya…” ibu itu tiba-tiba bingung. “Gini lho dok, sebenarnya yang diare itu bukan saya. Tapi bayi saya yang masih berumur 4 bulan.”

Welhadalah… apa maksudnya ini? Simbah jadi agak bingung. Maka simbah nanya, “Lho, piye tho bu? Maksudnya pigimana ini?”

“Gini dok, maksud saya, obat diarenya buat saya saja. Entar saya aja yang minum, nanti biar obatnya liwat ASI diminum sama si thole bayi,” kata si ibu menjelaskan bak dosen perinatology.

“Lho, teori dari mana itu bu?” simbah nanya.
“Anu dok, itu kata bu bidan yang kemarin nolong bayi saya.”
jawabnya.

Herannya, pasien model begini ini buanyak banget. Mending si ibu ini ngaku. Lha kalo tidak, trus si dokter asal kasih resep biar mampet, apa ndak bebelan wal sembelit sak kayange, gara-gara ngemplok obat antidiare padahal dirinya tidak diare.

Alasannya kebanyakan karena pasien menganggap, obat-obatan yang ada hanya diperuntukkan bagi usia dewasa. Sehingga bayi belum saatnya dikasih obat. Akhirnya cukup simboknya saja yang minum obatnya, biar nantinya lewat ASI bisa diminum si bayi. 

Lha kalo diikuti logika ini, obat yang lewat ASI itu (ini kalo bener-bener lewat situ) sebenarnya obat yang mana? Seorang ibu yang pernah simbah tanya dengan pertanyaan itu menjawab, “Ya obat yang diminum ibu itu dok.”

Lha kalo toh obat yang liwat ASI itu sama juga dengan obat yang diminum ibunya, mengapa harus muter-muter dulu? Kenapa nggak diminum langsung saja oleh bayinya? Alasannya mesti berkaitan dengan dosis. Padahal kalau alasannya dosis, sebenarnya tinggal ngatur saja dosis yang tepat buat bayi, agar nantinya berefek sesuai kadar yang ditentukan.

Bagi sampeyan yang sudah pinter-pinter, mungkin ini hal lucu. Namun ternyata hal beginian banyak sekali dianut masyarakat. Herannya sampai bidan pun menganjurkan hal yang sama. Si ibu yang sehat seger buger, dipaksa minum obat yang tak perlu diminumnya, hanya sekedar alat lewat obat, agar bisa diminum si orok lewat ASI. 

Ya kalo obatnya bisa lewat ASI, kalo obatnya hanya bisa lewat urine alias uyuh, oroknya disuruh minum apa?
LihatTutupKomentar