Essay Guru Masa Depan Anak Bangsa

Essay Guru Masa Depan Anak Bangsa - Istilah pendidikan selalu diartikan sebagi sekolah berjenjang mulai dari SD hingga perguruan tinggi (PT).
Essay Guru Masa Depan Anak Bangsa

Essay Guru Masa Depan Anak Bangsa  - Istilah pendidikan selalu diartikan sebagi sekolah berjenjang mulai dari SD hingga perguruan tinggi (PT). Sehingga muncul anggapan bila orang “pintar” adalah orang punya gelar berderet. Padahal sejarah sudah melahirkan pemikir dan ahli ilmu yang tidak pernah merasakan bangku sekolah seperti Thomas Alfa Edison, Isaac Newton, Galileo Galilei, dan lain lain. 

Secara harfiah pendidikan diartikan sebagai alat atau sarana transformasi ilmu yang diharapkan mampu menghasilkan output berupa orang-orang yang mampu berfikir kreatif dan mampu mengatasi kesulitan hidupnya. Secara fisilofis pendidikan dapat digolongkan menjadi 4 yaitu pendidikan konservatif, pendidikan liberal, pendidikan kritis, dan pendidikan anarkhis.

Pendidikan konservatif menganggap bahwa masalah di masyarakat disebabkan oleh kesalahan masyarakat sendiri, sehingga output pendidikan ini adalah orang-orang yang kurang care terhadap masalah orang lain. Pendidikan liberal, memandang bahwa masalah dalam masyarakat dapat diselesaikan tanpa memandang akar permasalahannya, sehingga penyelesaiannya bersifat sangat fungsional.

Pendidikan kritis, berusaha mencari akar permasalahan dari masalah yang timbul kemudian berusaha menyelesaikannya dengan metode yang tepat. Pendidikan anarkhis, yaitu pendidikan yang benar-benar menolak sistem pendidikan formal yang dianggap hanya sebagai jargon kapitalisme. Bagi sebagian masyarakat pendidikan seringkali dikategorikan sebagai pendidikan formal saja.

Padahal pendidikan tidak hanya formal atau non fomal saja tetapi juga dikenal pendidikan alternatif. Pendidikan alternatif muncul akibat adanya ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan formal yang cenderung tidak memihak rakyat kecil. Hal tersebut dikarenakan mahalnya biaya pendidikan yang membuat rakyat kecil sulit untuk memenuhi kebutuhanya akan pendidikan.

Guru antara Penghargaan dan Panggilan


“Guru bak pelita, penerang dalam gulita, jasamu tiada tara”

Inilah sepenggal lirik lagu tentang peran guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Ironisnya, di negeri ini guru belum mendapat tempat layak seperti abdi negara lainnya. Padahal keidealisan guru inilah yang membuat mereka berjuang tanpa kenal lelah, memenuhi panggilan jiwa dan pekerjaan luhur nan mulia.

Di sisi lain imbalan yang diterima seorang guru tidak sesuai dengan keringat yang telah mereka keluarkan. Terkadang mereka harus bisa mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan atau memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Terlebih lagi bagi guru guru honorer, guru bantu, ataupun guru kontrak di mana imbalan yang mereka terima masih belum bisa dikatakan layak untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Mestinya, perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan tidak hanya terfokus pada ketersedian buku bermutu. Ketersediaan guru bermutu juga merupakan lokomotif penggerak dunia pendidikan kita. Dan, salah satu bentuk penghargaan terhadap guru berkualitas adalah jaminan kehidupan yang layak. Dengan begitu seorang guru akan terpacu untuk terus mengembangkan diri.

Indonesia kini telah menjadi bangsa yang merdeka bebas dari penindasan, seharuskan kita lebih dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain tanpa ada rasa takut lagi. Banyaknya bencana dan musibah yang menimpa negeri ini mengingatkan kita semua untuk sama-sama bergandengan tangan memebenahi diri dan kembali pada satu tujuan membuat Indonesia tetap jaya.

Masalah pendidikan dan masa depan bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, guru, dan pemerhati pendidikan. Pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak. Perjuangan tidak terhenti dengan diraihnya kemerdekaan, perjuangan harus terus berlanjut dengan memerangi kebodohan dan ketertinggalan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

Terlebih saat ini kita ketahui bahwa tingkat ketidak lulusan siswa semakin tinggi akibat adanya standar mutu yang ditetapkan agar nantinya kualitas para lulusan dapat bersaing dengan siswa di negara lain. Hal tersebut semakin menggugah para guru dan pemerhati pendidikan untuk lebih berkonsentrasi dan berbenah diri mengejar ketertinggalan.

Dan akhirnya, Indonesia akan jaya dengan sumberdaya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia berjalan seiring dengan kualitas pendidikan. Sekali kita melupakan sektor pendidikan maka kita harus membayar mahal. Salah satu yang harus kita bayar akibat rendahnyanya SDM, kita akan selalu dipandang sebagai bangsa yang rendah dimata dunia.
LihatTutupKomentar