Psikologi Kebebasan Perkembangan Anak

Psikologi Kebebasan Perkembangan Anak, setiap kali mendengar kata bebas, yang ada dalam benak kita pasti adalah tidak terbelenggu, tidak terikat
Psikologi Kebebasan Perkembangan Anak

Psikologi Kebebasan Perkembangan Anak - Setiap kali mendengar kata bebas, yang ada dalam benak kita pasti adalah tidak terbelenggu, tidak terikat dan juga tidak terisolasi. Setiap orang menginginkan sebuah kebebasan. Sebab, ketika kita bebas, kita akan dengan mudah berekspresi. Namun kenyataannya, kebebasan antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Hal ini tergantung pada sejauh mana individu. 

Dirasakan oleh seorang anak yang diasuh secara otoriter pasti berbeda dengan kebebasan yang dirasakan oleh anak yang diasuh secara demokratis. Dengan berbagai peraturan yang dibuat oleh orang tuanya, anak yang diasuh secara otoriter mungkin akan merasakan terkekang dalam bergaul dengan teman sebayanya. 

Namun berbeda dengan anak yang diasuh secara demokratis. Dengan sedikit kelonggaran yang diberikan orang tuanya, tentu akan membuat anak tidak merasa terkekang dan mempunyai kebebasan penuh yang sesuai dengan norma dan nilai agama.

Ketika anak menginjak usia remaja, yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya adalah teman sebaya. Anak akan lebih suka membentuk kelompok dengan orang yang dianggap mempunyai tujuan hidup yangsama dengan dirinya. Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Lantas bagaimana kebebasan anak dalam memenuhi tugas perkembangannya, jika hidup dengan penuh kekangan? 

Bukan hanya dalam hal sosialisasi saja, mereka yang diasuh secara otoriter terkadang juga merasakan sulit mengeksplorasi potensi dalam diri, dari kesulitan ini tentu saja akan merambat pada motivasi individu untuk mengaktualisasikan dirinya. Padahal aktualisasi diri itu penting untuk membawa arah tujuan hidupnya.

Bagi anak yang diasuhsecara otoriter dalam artian keluar rumah saja dibatasi, ketika bertemu dengan teman akrabnya dan bisa sharing pasti merasakan bahwasanya itu adalah kebebasan yang mahal harganya. Namun berbeda dengan anak yang diasuh secara demokratis, ia akan menganggap bersosialisasi dengan teman sebayanya adalah sebuah hal yang biasa saja. 

Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut meraih tujuan hidupnya. Pada umumnya, pola asuh otoriter akan melahirkan anak yang individualis dan sosialisasi rendah. Hal ini bisa terjadi karena terlalu banyaknya kekangan dan aturan dalam keluarganya, sehingga ia merasa ruang geraknya terbatas.

Bukan hanya dari segi pola asuh saja. Perbedaan makna kebebasan juga dirasakan antara orang-orang yang memiliki fisik normal dan tidak. Orang yang normal pasti akan merasa bebas untuk bereksplorasi kemana-mana. Akan tetapi berbeda dengan orang yang mengalami keterbatasan fisik. 

Namun mereka yang mengalami hambatan fisik tidak selamanya merasa kebebasannya untuk menggali potensi dirinya terhambat, semuanya tergantung pada bagaimana seseorang dapat memaknai hidupnya, dan bagaimana pula individu tersebut dalam mengaktualisasikan dirinya.

Didunia ini tidak sedikit orang yang mengalami hambatan fisik. Akan tetapi meskipun mereka hanya melihat keindahan dunia dari atas kursi roda, dan menjalani hidup dengan penuh kegelapan serta sunyi, mereka malah menjadicerminan sukses orangorang normal dalam menggali potensinya. Dengan karya-karyanya dia dapat mengaktualisasikan diri dan diakui oleh dunia. Sebut saja Hellen Keller, Ludwig von Bethoven, Ratna Indraswari Ibrahim dan masih banyak lagi.

Masih ada lagi faktor yang menyebabkan kebebasan dalam mengaktualisasikan diri antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Faktor yang dimaksud adalah lingkungan.Lingkungan sangatlah mendukung bagaimna individu memaknai kebebasan dalam mengaktualisasikan dirinya. 

Misalkan, ketika individu yang mempunyai tujuan hidup tidak sesuai dengan keadaan lingkungan disekitarnya, pasti akan merasakan ketidakbebasan dalam mengaktualisasikan dirinya. Akibatnya, selain individu tersebut tidak merasakan kepuasan, motivasi untuk terus menggali potensinya juga akan terpatahkan. 

Berbeda dengan individu yang mempunyai goal setting yang memang sudah didukung oleh lingkungannya, tentu ia akan merasa dengan mudah dalam menggali potensi hingga akhirnya goal setting yang diinginkan tercapai.

Kebebasan dalam diri tiap individu memang sangat dibutuhkan. Apalagi terkait dengan kebebasan dalam mengaktualisasikan dirinya. Meskipun aktualisasi diri bukanlah suatu kebutuhan yang mendasar, akan tetapi tiap individu perlu mengaktualisasikan dirinya agar ia mempunyai nilai penting di lingkunga sekitarnya.

Setiap individu akan merasakan kebebasan dalam mengaktualisasikan dirinya, andaikata individu tersebut mempunyai percaya diri yang tinggi dan penerimaan diri yang bagus. Hal ini juga bisa dicapai dengan cara mengembangkan sifat-sifat dan potens dalam dirinya. 

Orang yang demikian adalah orang yang dapat memaknai dengan baik terhadap setiap hal yang ada dalam dirinya. Dalam artian individu tersebut selalu lapang terhadap hambatan hidup dan bisa melewati serta dapat mengambil hikmahnya. Jadi, perubahan yang terjadi pada kita tentu bukan dari orang lain, akan tetapi sejauh mana diri sendiri menginginkan perubahan tersebut.
LihatTutupKomentar