Tiga Mitos Mancing

Tiga Mitos Mancing, Anda para mancing mania tentu pernah mendengar beberapa mitos dalam memancing. Dan saya yakin di antara Anda ada yang percaya...
Tiga Mitos Mancing - Anda para mancing mania tentu pernah mendengar beberapa mitos dalam memancing. Dan saya yakin di antara Anda ada yang percaya (mengikuti) ada juga yang cuek ajah. Mitos memang sudah ada sejak zaman, dan merupakan warisna yang turun temurun. 

Mitos dalam dunia mancing


mitos mancing

Istri Hamil Anda Jangan Memancing


Mitos yang pertama dan paling membuat keder adalah soal larangan memancing bagi suami yang istrinya sedang hamil. Sejak mulai hobi memancing sekitar tahun 2004 silam, berbagai lokasi mancing pinggiran saya jajaki. Mulai pinggiran laut sekitar Anyar, Merak hingga Tajung Lesung saya datangi. Bukan hanya siang, malam hari hingga musim hujan pun saya tetap memancing. Saat itu saya masih bujangan.

Kalau tidak ke pinggir laut, maka saya akan datangi empang bandeng di sekitar Sawah Luhur, Karangantu hingga ke Domas. Sama, saya tidak pernah menyerah oleh keadaan cuaca. Hujan lebat pun tetap saja saya memancing. Bahkan setelah beristri pun saya tetap seperti itu.

Hampir setiap malam minggu, saya habiskan waktu di bibir empang hingga pagi menjelang. Duduk sendirian di bibir empang yang jauh dari pemukiman penduduk memang sesuatu banget. Alhamdulillah ya, saya gak pernah diganggu sama mahluk yang namanya “jurig” atau hantu. Semua berjalan normal saja. Hantu sepertinya sudah bosan melihat saya duduk sendirian di bibir empang itu hahahaha.

Pendek kata, segala cuaca dan keadaan tidak pernah saya hiraukan. Kalau hasrat memancing sudah datang, maka kapan pun akan saya penuhi. Istri saya sudah sangat faham akan hal itu.

Lalu apakah saya mengabaikan hak anak dan istri? Tentu saja tidak. Sebelum berangkat memancing, anak dan istri saya penuhi dulu keinginannya. Bahkan sehari sebelum memancing, saya habiskan waktu seharian di rumah, atau membawa anak dan istri ke tempat yang mereka inginkan, atau sekedar menyicipi kuliner di sekitar Kota Serang dan Cilegon. Sebab saya berkomitmen, keluarga adalah segalanya.

Nah, dulu waktu istri saya hamil, ada yang melarang saya pergi memancing. Menurut mereka bahaya, karena anak dalam kandungan itu nanti bisa sumbing bibirnya akibat ulah ayahnya yang terus saja memancing. Mereka juga bilang, memancing dan memasang umpan di kail menjadi hal yang tabu saat istri tengah hamil.

Awalnya, sugesti itu masuk dalam benak saya. Beberapa hari saya mengurungkan hasrat untuk memancing karena mitos tadi. Maklum, waktu itu istri saya mengandung anak pertama. Tentu saja semua orang sangat mengharapkan dan bahagia menunggu kelahiran anak pertama itu.

Lama saya renungkan. Lalu pertanyaan muncul dalam hati. Apa hubungannya mancing dengan istri hamil dan bibir sumbing. Apa benar anak lahir dengan bibir karena aktivitas ayahnya memancing? Semua pertanyaan itu memenuhi rongga fikiran saya.

Lalu nalar saya berontak. Menurut saya, tidak ada hubungannya sama sekali antara bibir sumbing dengan aktivitas memancing. Bibir sumbing bukanlah disebabkan oleh suaminya mancing, tetapi karena si bayi saat dalam kandungan kekurangan salah satu asupan gizi. Karenanya, kewajiban suami adalah memenuhi asupan gizi itu, bukan harus berhenti memancing hanya karena mitos. Ah aya-aya wae.

Setelah saya protes terhadap mitos itu, saya kembali hendak berangkat memancing. Tentu sebelumnya saya berbicara sama istri. Awalnya istri saya khawatir karena dia juga mendengar mitos itu. Kemudian saya jelaskan secara ilmiah serta proses sebab-akibat dari bibir sumbing.

Saya berterima kasih sekali kepada istriku yang baik Bunda Gabriel…cie cie cie. Dia mengerti dan nalarnya sama sehatnya seperti saya. Maka saya pun mulai kembali melaut. Tentu tidak serutin sebelum istri hamil. Karena saya memilih lebih banyak menemani istri yang sedang hamil ketimbang memancing.

Saya pergi memancing hanya sesekali saja. Namun bukan karena termakan mitos bibir sumbing itu, tetapi lebih kepada menjaga bidadariku yang sedang hamil muda. Memanjakannya, dan terus berusaha membuatnya tersenyum, meskipun kadang gagal hahahahaha.

Namun saat itu, saat mancing dan memasang umpan, saya memang terus-terusan bilang “bating-bating” atau naudzubillah atau amit-amit dan lain sebagainya. Itu yang disarankan istri saya sebelum pergi memancing. “A, kalau mau pasang umpan udang bilang ting bating ya” kata istriku hehehe.

Sembilan bulan kemudian. Waktu melahirkan tiba. Saya mendampingi istri di rumah sakit. Saya khawatir melihat istri saya yang segera melahirkan anak pertama. Bukan khawatir anak saya bibirnya sumbing, tetapi khawatir melihat istri saya yang mulai mersasakan mules yang luar biasa.

Sejurus kemudian, anak saya lahir. Jenis kelaminnya laki-laki dengan berat 4 kilo kurang dikit dan panjang 50 cm. Besar, gemuk dan sehat. Dan ingat! Bibirnya tidak sumbing seperti apa yang dikatakan mitos. Jagoan saya itu saya kasih nama Gabriel Nur El-Irfan. Anak sehat cerdas dan soleh, anak seorang pemancing hahaha.

Nah, bagi Anda yang juga istrinya sedang hamil, jangan termakan mitos itu. Lebih baik menyiapkan asupan yang sehat ketimbang percaya pada mitos bibir sumbing tadi.

mitos mancing

Mancing Jangan Bawa Pisang


Mitos kedua larangan membawa pisang saat pergi memancing. Semua jenis yang berbau pisang tidak boleh. Apakah itu pisang goreng, pisang rebus, selai pisang, dan jenis makanan dari pisang lainnya. Pendek kata, “haram” membawa pisang ke kapal.

Alasannya, membawa pisang ke kapal hanya akan mendatangkan apes. Mancing diyakini tidak akan mendapatkan ikan seperti yang didambakan. Mereka yang percaya menilai percumah mancing ke tengah laut jika ada salah satu pemancing atau crew kapal yang bawa pisang, karena pasti apes.

mitos mancing

Mancing Dilarang Bawa Telur


Mitos ketiga adalah larangan membawa telur. Pemacing tidak boleh membawa segala jenis telur dan olahan berbagai telur apapun ke laut. Sama dengan mitos pisang, membawa telur saat memancing hanya akan mendapatkan sial. Tak ada ikan yang mau menyambar umpan. Misalnya pemancing membawa nasi bungkus dengan lauk dadar telur atau telur bulat, itu tidak boleh.

Hahaha, ini tentu saja hanya mitos. Saya berpendapat bahwa mitos adalah kebohongan yang disepakati. Segala sesuatu (pekerjaan atau aktivitas manusia) semua bersumber dari sugesti. Saya yakin, jika sebelum memancing kita sudah bad mood, bisa saja kita tidak mendapat ikan sama sekali, bukan karena telur atau pisang.

Memancing butuh kesabaran dan ketelatenan. Tidak disambar pada menit-menit pertama atau pada jam-jam berikutnya, bukan karena disebabkan oleh pisang atau telur atau apapun. Itu hanya karena memang spot mancing tidak bagus dan kondisi cuaca sedang tidak mendukung. 

Kalau baru beberapa menit memancing dan belum juga disambar, ya sabar dong. Jangan salahin pisang atau telur yang dibawa di kapal. Setahu saya, pisang adalah salah satu buah yang paling banyak dikonsumsi di dunia untuk alasan yang baik.

Buah kuning berbentuk melengkung yang itu dibungkus kulit dengan segudang gizi besar. Pisang tumbuh setidaknya di sekitar 107 negara dan menempati peringkat keempat di antara dunia tanaman pangan yang di nilai secara moneter. Manfaat kesehatan yang mungkin didapatkan dari mengkonsumsi pisang termasuk menurunkan risiko kanker, asma, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung. 

Rincian gizi pisang ukuran sedang (sekitar 126 gram) dianggap satu porsi. Satu porsi pisang mengandung 110 kalori, 30 gram karbohidrat dan 1 gram protein. Selain itu, pisang menyediakan berbagai vitamin dan mineral.

Begitupun dengan telur. Dia adalah gudangnya nutrisi penting, yang membuat telur merupakan bagian penting dari diet yang sehat. Dan bagi Anda yang takut untuk makan telur karena khawatir bahwa akan menambah berat badan Anda, maka sebaiknya Anda memang harus sangat membatasi makan telur. Karena satu butir telur mengandung sekitar 80 kalori, dan sekitar lima gram lemak. 

Meskipun telur terdiri sebagian besar dari lemak tak jenuh, namun tetap saja telur mengandung lemak jenuh. Satu butir telur mengandung 4 lemak tak jenuh, 2 lemak jenuh, dan 4-nya adalah senyawa lain.

Satu butir telur sudah cukup bagi Anda setiap hari, karena sudah hampir memenuhi seluruh kebutuhan kalori yang disarankan perhari. Dan itu sehat, selama tidak menambah kalori dari sumber lainnya. Jika Anda bermasalah dengan kolesterol dan jantung, sebaiknya juga menghindari kebanyakan makan telur, khusus bagian kuningnya.

Nah, jadi jelas bahwa kedua jenis pakanan di atas sangat berguna. Dan tentu saja Anda jangan mau termakan oleh mitos itu. Agar Anda dapat ikan saat memancing saya sudah tulis dalam catatan sebelumnya. Yang pasti, tidak ada hubungannya dengan pisang atau telur.

Ingat! semua bersumber dari sugesti kita. Kalau yakin akan dapat ikan maka bersabarlah. Jikapun belum berhasil, cobalah lain waktu pasti dapat. Soal pisang dan telur, baiknya dimakan saja, tidak perlu dipermasalahkan.

Sepakat? ya terserah Anda hehehe. Kesimpulan saya, mitos adalah kebohongan yang disepakati. Salam Fish On! Pitutur
LihatTutupKomentar