The Global Kemproh

Sementara itu di tipi teriakan “Stop Global Warming” selalu diserukan cah-cah nom yang suka metongkrong, dengan gaya serius mengkampanyekan anti
Stop Global Warming

The Global Kemproh - Sudah beberapa hari ini simbah merasakan hawa yang sangat sumuk menggempur di klinik simbah. Sehari bisa ganti kawos dalem sampai tiga kali. Baru gebyar-gebyur ciblon, keluar kamar mandi langsung gembrobyos berpeluh keringat. 

Belum lagi nyamuk ganas melepaskan serangan bertubi-tubi tak kenal ampun. Temtu saja nyamuk khas Batavia yang sudah kebal disemprot, diasap, dielektrik maupun dihalangi obat nyamuk gosok. 

Sementara itu di tipi teriakan “Stop Global Warming” selalu diserukan cah-cah nom yang suka metongkrong, dengan gaya serius mengkampanyekan anti pemanasan global, tentu saja di ruangan ber-AC yang boleh jadi berfreon.... hlaladalah..

Herannya makhluk yang berhasil ditangkap dengan tuduhan pembalakan hutan, berhasil lolos dengan sukses dari hukuman. Sedangkan penebangan legal juga rajin dikerjakan dengan alasan keselamatan pengguna jalan. 

Dua korban nyawa cukup dijadikan alasan untuk menebang ratusan pohon tua yang sudah berjasa berpuluh tahun memberi keteduhan tanpa pamrih, sedangkan pohon pengganti masih belum siap menggantikan peran pohon tua, dan baru akan siap setelah 5 tahun kedepan jika ditanam sekarang.

“Ah, itu kan cuma beberapa gelintir pohon bung. Tak usah didramatisir.” itu argumentasinya. 

“Lha iya toh, simbah ki ngono wae kok diurus. Ha mbok biarkan saja orang pake AC berfreon, kecil itu pengaruhnya ke ozon. Gak bikin amoh. Kalopun nambah suwek gak akan banyak epeknyah.” kata kang Wiryo Pece sembari ngemplok blanggreng.

Simbah teringat dongeng Nasrudin Hoja yang diundang ke pesta kawannya. Di pesta itu pesertanya diharuskan membawa segelas anggur yang dikumpulkan di satu gentong. Nantinya anggur itu akan diminum bersama selepas makan-makan selesai. Terbersitlah pikiran kemproh dari si Nasrudin.

“Lha ngadain pesta kok nganeh-anehi. Mosok disuruh mbawa segelas anggur. Anggur putih lagi, kan muahal. Mending bawa air putih aja. Kan gak akan konangan wal ketahuan... ha wong segelas air putih di tengah segentong anggur putih, gak akan ngaruh ke rasa anggurnya... siiip deh..” begitulah otak licik si Nasrudin berbicara.

Walhasil itulah yang dikerjakan si Nasrudin, dia bawa segelas air putih ke pesta kawannya itu, dan dia tuang ke gentong besar yang sudah disediakan panitia. 

Maka selepas makan-makan, peserta dipersilakan minum anggur putih yang sudah terkumpul di gentong yang disediakan. Hwarakadah, si Nasrudin langsung berniat ngokop anggur putih itu sebanyak-banyaknya.

“Lumayan, modal putihan dapet anggur sedebh...” begitu pikirnya. Maka langsung disruputlah anggur itu dengan mantabh. Namun...

“Lhadalah... ha kok rasanya air putih ya,” pikir Nasrudin heran. Apa karena ngisi air putih maka dapetnya air putih, lantas kalo ngisi anggur apakah dapet anggur juga ya? 

Walhasil, setelah diselidiki oleh panitia, ternyata semua peserta merasakan hal yang sama, yakni minum air putih. Ha kok bisa?? Tentu saja bisa. Karena seluruh peserta pesta punya pikiran seperti pikirannya si Nasrudin itu. Ya sudah......

Maka kalo sampeyan berpikiran mbuang sampah atau buang beol ke kali itu cuma sampeyan thok yang ngerjain, dan nganggep itu gak ngaruh ke sungai yang sampeyan berakin, mulai saat ini berpikirlah.... karena ternyata ada jutaan gundhul yang seide dengan sampeyan dan melakukan itu sama persis dengan sampeyan. 

Sampe akhirnya kali di jakarta itu menjadi jumbleng raksasa dan kotak sampah terpanjang di dunia. Jika sampeyan berpikir bahwa perilaku kemproh sampeyan itu hanya kecil saja pengaruhnya kepada lingkungan atau bahkan ke lapisan ozon sekalipun, maka sebenarnya uthek buthek seperti itulah yang juga dianut oleh milyaran pelaku kemproh di seluruh jagad abuh ini. 

Kalo sampeyan mau mikir, sebenarnya polusi yang dahsyat di jagad abuh ini bukan karena adanya raksasa industri yang mbuang polutan raksasa sehingga menyampahi dunia, namun sebenarnya polusi raksasa ini dimulai dari kekemprohan individu yang secara kolektif mengotori dunia detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari dan tahun demi tahun. 

Jika per orang rata-rata bisa ngising dua ons telek mbenjret sehari, bayangkan jika itu sepuluh juta warga metropolitan... sepuluh juta kali 2 ons telek mbenjret hasilnya adalah 2 kiloton limbah mbenjretan. Itu sehari. Masih mending jika ngalir ke toilet, lha sebagiannya dibiarkan berlayar menyusuri sungai nan indah permai di kawasan ibukota tercinta ini.

Mulai sekarang, jika sampeyan mau ngidu sembarangan, buang kertas tiket tol sembarangan, nebang pohon, mbuang limbah, ngracun ikan di kali, ngebom ikan di laut, udud, ngising sembarangan, nempelin upil di tembok, nguyuh asal ngocor dan lain sebagainya, maka ketahuilah.. yang berpikiran bisa seperti itu bukan sampeyan saja, tapi milyaran manusia penghuni planet telek mbenjret ini. 

Maka ide pola hidup bersih dan sehat pada individu haruslah ditanamkan. Dan efeknya juga tidak kecil jika itu tertanam di milyaran otak manusia di dunia ini. So... tinggalkan kekemprohan, biar gak sumuk dan banyak nyamuk... 
LihatTutupKomentar