Pondasi Keguruan Kita

Sama halnya dengan bangunan, pondasi keguruan juga sangat penting. Jangan sampai aktivitas keguruan yang kita lakukan goyah.
Pondasi Keguruan Kita - Pondasi merupakan bagian dasar yang menopang suatu bangunan. Pondasi terletak pada bagian dasar bangunan. Karena fungsinya untuk menopang tembok di atasnya , pondasi dibuat dari batu pilihan yang dianggap paling kuat. Semegah apapun tembok yang terbangun, jika pondasinya goyah maka tembok bisa saja runtuh. Tentu ini kondisi yang sangat berbahaya. 

Sama halnya dengan bangunan, pondasi keguruan juga sangat penting. Jangan sampai aktivitas keguruan yang kita lakukan goyah. Pondasi keguruan yang kuat akan menopang kegiatan keguruan yang kuat pula. Sebaliknya pondasi keguruan yang lemah akan mudah beloknya arah pendidikan.

Pondasi apa yang yang perlu diperkuat untuk membangun profesi keguruan kita? 


Pondasi Keguruan Kita

Pertama - Tanamkan keyakinan bahwa menjadi guru itu jalan spiritual kita.


Kita perlu memupuk keyakinan bahwa menjadi guru merupakan ekspresi pengabdian kita pada sang Kholik,Tuhan, Allah. Menjadi guru merupakan ritual ibadah dalam bentuk amal mulia. Menjadi guru hakekatnya sedang bermeditasi.

Meditasi dalam hal ini dapat kita artikan pengendalian diri atas panca indera. Bukan kita kendalikan untuk menjadi pasif sehingga tidak melakukan kegiatan apapun. Sebaliknya kita kendalikan supaya penuh manfaat. Sinergi panca indera, kita gunakan untuk berpikir dan berkarya demi anak didik seluruhnya.

Tentu tidak mudah. Ada saja ada godaan di jalan untuk mencapai keikhlasan. Godaan itu bisa berasal dari persoalan pendapatan, jabatan atau karier. Namun sejak awal harus kita sadari bahwa profesi keguruan bukan jalan untuk tujuan kemewahan. Bukan bertujuan untuk mencari pangkat. Apalagi mencari jabatan.

Kehormatan dan apresiasi tertinggi profesi keguruan kita bukan karena berapa piagam atau ijasah yang kita peroleh selama menjadi guru. Bukan pujian dari atasan kita, bukan pula imbalan materi yang tumpah ruah.

Kedua - Tanamkan tekad bulat bahwa menjadi guru itu untuk memproduksi kebenaran.


Kegiatan keguruan mengolah akal budi, cipta rasa dan karsa. Mengembangakan ketrampilan akademik menanamkan kepekaan dan membangun karya. Semua komponen tersebut tak hanya membedakan dengan makhluk lain namun juga mempertinggi derajat manusia.

Karena itu profesi guru diawali dengan kecintaan akan kebenaran. Kebenaran dalam konteks keguruan adalah kebenaran ilmiah. Kebenaran atas dasar data dan fakta. Kebenaran yang dapat disusun untuk membangun pengetahuan manusia.

Cinta kebenaran adalah induk nilai luhur manusia. Dengan cinta kebenaran berkembang pengetahuan. Dengan cinta kebenaran juga berkembang kejujuran dan keadilan.

Tentu tidak mudah menjaga kebenaran. Kebenaran sering terabaikan saat guru hanya mengejar tujuan. Misalnya untuk mencapai nilai ujian akhir bagus ada saja praktek kecurangan dalam segala lini. Padahal kebenaran yang hakiki hanya bisa dicapai bukan hanya tujuan tetapi juga dalam prosesnya.

Ketiga - Menjadi guru adalah perekat sendi bangsa. 


Ungkapan ini cukup klasik namun sering luput dalam pemaknaan. Mari kita sedikit menghayati kembali. Guru merupakan agen sosial ganda. Sebagai agen perubahan sekaligus modelnya.

Kapan saat menjadi agen perubahan? Guru menjadi agen perubahan ketika dapat mentransformasi ilmu pengetahun dan teknologi yang dimiliki. Dengan demikian hal ini terkait erat dengan kegiatan mengajar. Mengajarkan ketrampilan yang dapat diterapkan siswa di masyarkat pada masa mendatang.

Guru mempersiapkan para ahli di bidangnya yang mampu membuat perubahan. Guru menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan perofesional sesuai tuntutan jaman. Hasil pendidikan adalah menghasilkan generasi yang mampu bersaing pada jamannya sekaligus membuat perubahan sosial.

Kapan saat menjadi model perubahan? Guru menjadi role model bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat yang pealing kecil adalah kelas yang kita kelola dan sekolah tempat kita bekerja.

Meskipun pada dasarnya guru adalah manusia biasa namun anak didik dan masyarakatsecara umum berharap lebih dari sekedar manusia biasa atau manusia paripurna. Masyarakat membuat standar nilai baik buruk, benar dan salah berdasarkan apa yang disampaikan guru. Dengan demikian wajar kalau masyarakat juga menuntut guru sebagai model dalam penerapan baik buruk, benar dan salah.

Itulah landasan kerja profesi guru. Profesi guru merupakan profesi luhur sebagai ekspresi ibadah yang berhubungan dengan Tuhan Sang Kholik. Karenanya menjalankan kegiatan keguruan dapat menghasilkan nilai kebenaran. Dan kebenaran tersebut yang akan dijadikan dasar hidup bermasyarakat.

Semoga..
LihatTutupKomentar